KETERKAITAN WANITA DENGAN ANGKA KEMATIAN
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh setiap wanita . Tapi disamping itu kehamilan juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40-60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.
Penyebab lainnya adalah abortus. Abortus merupakan momok bagi setiap ibu hamil. Abortus memang paling ditakuti oleh banyak wanita hamil. Abortus bisa saja terjadi secara tiba-tiba tanpa ada sebabnya. Di negara-negara maju angka kematian ibu berkisar antara 5 - 10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara 750 - 1000 per 100.000 kelahiran hidup. Di negara-negara miskin dan sedang berkembang kematian ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar.
Pada komplikasi kehamilan, melahirkan dan pasca persalinan merupakan penyebab utama kematian wanita subur (23%). Bagi wanita yang berumur 20-24 tahun diantaranya penyebab kematian (40%) dan komplikasi obstetri yang sering adalah pendarahan, infeksi, eklampsia, abortus dan partus lama (90%). Indonesia sendiri masih menjadi negara dengan angka kematian ibu hamil tertinggi di Asia Tenggara.
Banyak faktor yang menyebabkan kematian ibu seperti eklampsia, pre-eklampsia dan salah satu penyebab terbesar kematian tersebut adalah perdarahan yang mencapai 46% dan termasuk didalamnya perdarahan akibat abortus. Menurut Profil Dinkes Kota Palembang kematian ibu hamil tahun 2003 di Kota Palembang sebanyak 14 orang dengan penyebab kematian akibat perdarahan 3 orang (21,4%), elampsia 2 orang (14,3%), pre-eklampsia 5 orang (35,7%) dan selebihnya disebabkan oleh faktor lainnya termasuk abortus 28,6%. Dalam kurun reproduksi sehat bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan umur 20-30 tahun sedangkan paritas 2-3 merupakan paritas aman ditunjang dari kematian maternal.
Ada beberapa alasan dari kondisi individualis yang memungkinkan wanita melakukan abortus. Beberapa karakteristik umum dapat didefinisikan yaitu status ekonomi, pendidikan, tinggal di daerah perkotaan, status perkawinan, umur dan paritas. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia artinya 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup perempuan 15-49 tahun. Resiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan meningkatnya jumlah paritas, usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden terjadinya abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya 3 bulan. Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, berat badan lahir rendah.
Dari data yang ada di Rumah Sakit-Rumah Sakit di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kejadian abortus mengalami peningkatan angka kematian ibu dari tahun ke tahun, sehingga dapat menjadi indikator dan sebagai program pemerintah. Terjadinya abortus dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada ibu dan janin.
Sumber: http://eprints.uns.ac.id/34/1/170222311201010121.pdf
http://bidan-aktif.blogspot.com/2013/03/hubungan-antara-umur-dan-paritas-ibu_22.html