Kamis, 12 Desember 2013

Tugas Akhir 6- ANALISIS KONSEP BACKWARD BENDING SUPPLY PADA SEKTOR TENAGA KERJA

ANALISIS KONSEP BACKWARD BENDING SUPPLY PADA SEKTOR TENAGA KERJA

            Pasokan tenaga kerja dapat dilihat melalui tiga skala yang berbeda, yaitu skala individu, skala industri dan ekonomi. Model simulasi Kurva Backward Bending Supply ini berfokus pada skala individu. Selain itu, Kurva Backward Bending Supply dapat digunakan dengan empat asumsi, yaitu:
Pertama, pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri. Terkait dengan asumsi bahwa para pekerja memilih waktu bekerja mereka sendiri, para pekerja dengan leluasa dapat memilih jumlah jam kerja mereka serta jumlah waktu luang mereka. Kedua, pekerja yang ada merupakan homogen. Terkait dengan asumsi pekerja yang ada merupakan homogen. Ketiga, tidak ada keterikatan kontrak, terkait dengan asumsi bahwa tidak ada keterikatan kontrak, para pekerja dalam hal ini tidak memiliki keterikatan kontrak dengan perusahaan.Keempat, para pekerja berusaha untuk meningkatkan utilitasnya. Terkait tentang asumsi bahwa setiap individu tentu akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka dalam jumlah tetap jam kerja (24 jam sehari, 365 hari setahun). Ini berarti, ada trade off (biaya kesempatan) antara berapa jam seseorang bekerja dan jumlah jam yang dihabiskan pada waktu luang. Hal ini juga diasumsikan bahwa bekerja merupakan barang inferior. Kunci untuk memahami prinsip ini adalah tentang konsep utilitas. Utilitas adalah tingkat kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia. Apabila konsumen mengonsumsi barang dalam jumlah yang semakin banyak maka kepuasan totalnya (TU) semakin meningkat namun tambahan kepuasannya (MU) semakin menurun. Masing-masing unit tambahan output yang dikonsumsi akan menambah kepuasan dengan jumlah yang semakin rendah.
            Dengan asumsi selera (tastes) dan preferensi tertentu maka dapat dilukiskan dalam kurva indeferen (IC). Kurva indeferen menunjukkan berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan total yang sama. Kurva IC yang terletak semakin jauh dari titik 0 menunujukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
            Slope kurva IC menunjukkan laju subtitusi marjinal (Marginal Rate of Substitution, MRS), yang menunjukkan berapa banyak seseorang bersedia mengurangi konsumsi suatu barang untuk ditukar dengan barang lain supaya tingkat kepuasannya tetap (masih berada dalam kurva indeferen yang sama).
            Garis anggaran menunjukkan batas jumlah barang-barang yang dapat dibeli konsumen dalam periode waktu tertentu dan ditentukan oleh tingkat harga dan tingkat pendapatan yang dimiliki. Biasa disebut kendala anggaran (budget constraint).
            Kenaikan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kanan, sejajar dengan garis anggaran semula (karena harga barang X dan Y tidak berubah). Penurunan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kiri. Kenaikan pendapatan tidak membuat slope garis anggaran berubah. Apabila harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan berotasi, sedangkan slopenya berubah.
            Misalnya, jika konsumen berada dalam keseimbangan, maka utilitas mereka membeli barang-barang dengan pendapatan yang mereka peroleh dalam satu jam terakhir akan sama dengan utilitas mereka ketika memperoleh keuntungan dari waktu luang satu jam terakhir.
            Jika upah riil meningkat dari W1 ke W2 kemudian karena penghasilan yang lebih tinggi individu akan memiliki utilitas yang lebih besar, maka mereka akan bersedia untuk meningkatkan jam kerja per tahun untuk L2. Selam bagian ini kurva efek substitusi adalah positif, efek pendapatan negatif, tetapi efek substitusi lebih besar daripada efek pendapatan. Oleh karena itu, kenaikan tingkat upah riil akan menyebabkan peningkatkan jumlah jam kerja.
            Namun, jika upah riil meningkat dari W2 ke W3, maka jumlah jam kerja per tahun akan jatuh dari L2 ke L3. Hal ini karena efek pendapatan lebih besar dari efek substitusi. Proses yang terlibat dalam keputusan untuk bekerja lebih atau kurang jam disebut pendapatan dan efek substitusi.
            Upah yang lebih tinggi berarti bahwa individu dapat bekerja dengan waktu yang lebih sedikit untuk mempertahankan pola-pola konsumsi yang sama antara barang dan jasa. Oleh karena itu, efek pendapatan akan berarti bahwa seseorang individu akan bekerja dengan waktu yang lebih sedikit. Namun, efek subtitusi adalah bahwa upah lebih tinggi akan berarti utilitas yang diperoleh dari kerja jam terakhir lebih besar daripada utilitas yang diperoleh dari satu jam waktu luang. Hal ini karena upah yang lebih tinggi berarti seseorang dapat membeli lebih banyak barang. Akibatnya, individu akan bekerja sebagai pengganti dari waktu luang sampai utilitas yang sama (yaitu konsumen kembali dalam keseimbangan antara pekerjaan dan waktu senggang).
            Isu yang menarik adalah bahwa individu memiliki karakteristik utilitas yang berbeda. Maka tingkat trade off antara utilitas dari satu jam bekerja dan utilitas dari satu jam bersantai akan berbeda. Ini menunjukkan bahwa elastisitas substitusi antara waktu luang dan konsumsi akan bervariasi. Kemungkinan bahwa keluarga berpenghasilan rendah akan cenderung kurang responsif terhadap perubahan upah daripada kelompok berpenghasilan lebih tinggi karena tingginya efek substitusi.       

          



Sumber: 


Tidak ada komentar :

Posting Komentar